Perempuan dan Catatannya yang Tertinggal
Bismillaahirrahmaanirraahim
Assalamu'alaikum
Warahmatullaahi Wabarakatuh
Yuk menulis,
Aku masih tertatih-tatih untuk membuat sebuah tulisan panjang bahkan
untuk yang 'ngilmiah' pun sepertinya sudah tak sanggup sejak penugasan
membuat makalah/paper oleh dosen lebih sering aku serahkan ke mahasiswa
tingkat bawah yang sekelompok, otomatis aku hanya tahu jadi, bukan tahu
proses.
Dan sekarang, tugas individu dari dosen muda (duh, usianya dibawahku)
harus segera aku kerjakan. Ngilmiah, memuat EYD ditambah buku referensi
yang tentu lebih dari hitungan jari, itulah resep dan bahan-bahannya
yang harus aku ramu agar enak dihidangkan nanti. Deadline tinggal
hitungan hari. Apa sebab aku masih belum mengerjakannya pun aku tidak
tahu. Ya, inilah tantangan sekaligus momen yang sedikit tepat untuk
memulihkan gairahku menulis sesuatu yang berat, dan sedikit mikir. Kalau
tulisan kemarin dan seperti ini mah, tidak pakai terlalu mikir, apa
yang muncul dalam otak langsung saja dicurahkan, tanpa babibu lagi.
Jadi sebagai ajang pemanasan dalam catatan ini aku sedikit menggunakan
kalimat EYD, jadi bakalan (insya Allaah) tidak dijumpai kalimat non
baku, bahasa prokem, bahasa alay, labil dan sebagainya.
Okey, dalam catatan ini aku tidak berniat menulis kegalauanku, atau
puncak frustasiku menghadapinya, tidak. Jika kalian menanti itu dengan
menikmati secangkir kopi hangat, siap-siap pindah bangku, deh! Tidak
bakalan aku tulis! Dalam catatan ini -sesuai yang aku janjikan dalam
status media sosialku kemarin- aku ingin menceritakan seorang perempuan,
perempuan yang hingga saat ini masih berusaha mengumpulkan kekuatannya
untuk kembali menulis!. Ya, sekali lagi, ini tentang perempuan dan
catatannya yang tertinggal. Cuma itu! Jika kalian mencoba
menyimpulkannya bahwa ini adalah tentang cinta tidak selebihnya salah,
tapi cinta yang tidak berpaham alay, atau berideologis labil. Yang
nuntutnya kadang berlebihan, bahkan sudah tidak bisa dibedakan ini orang
tuanya atau babysisternya?? Ah, lupakan.
Yuk, kita mulai dari sini,
Sepertinya aku mulai bingung memulainya dari mana, karena memang
sepertinya tidak pernah memulai, bahkan tidak pernah mengakhiri.
Hehehe...
Baik, karena ini adalah tentang perempuan dan catatannya, aku bakal
mengulasnya secara simpl dan enak dinikmati. Dia adalah seorang
perempuan, dia meninggalkan catatannya seorang diri di sudut keramaian,
Hari Ibu adalah perjumpaan terakhirnya dengan catatannya, setelah itu
perempuan berjilbab menghilang tanpa kata, tanpa pamit, tanpa pesan
hingga saat ini dan catatannya hanya diam sejuta kalimat, tak tahu kapan
ia akan bisa memanjakan mata pembacanya lagi dengan huruf demi huruf
yang tersusun ditubuhnya. Dan hingga saat ini sepertinya ia (catatannya)
masih menunggu sabar tak pernah jengah untuk selalu menunggu sosok
perempuan berdarah Jawa itu muncul dan membuatnya tersenyum kembali.
Dan aku, sebagai pihak ketiga, eh, mungkin pihak yang kesekian kalinya,
merasa tergugah, prihatin kedua sahabat ini terpisah dalam kondisi yang
tidak bersahabat, berusaha memediasi keduanya untuk akur kembali,
berdamai, apakah mereka sedang berantem? Bertengkar? Tidak seburuk itu!
Keduanya hanya belum mampu berkomunikasi dengan baik, catatannya tidak
berani mengajak perempuan berjilbab itu untuk menulis, takut mengganggu
aktifitasnya, bahkan cenderung diam dan menunggu, pernah ia bermimpi
bahwa ia didatangi peri bersayap emas dan berbau harum yang membawa
pena putih yang bercahaya kemilau dan menuliskannya di angkasa, KAMU
PANTAS BAHAGIA. Indah. Saat tulisan itu mulai lenyap dan akhirnya lenyap
seketika, ia seperti mendapatkan kebahagiaan luar biasa. Dan setelah ia
ingat-ingat, wajah peri itu mirip perempuan berjilbab itu ketila ia
terbangun dari tidurnya. Semoga si peri tidak salah tulis.
Lalu, tentang si perempuan. Benar apa yang dikatakan catatannya, bahwa
dia tidak memiliki waktu untuk mencurahkan idenya dalam sebuah tulisan
yang panjang, waktunya lebih banyak tersita kepada sesuatu yang tidak
bisa disebutkan (karena aku memang tidak tahu).
Melalui mediasi, suasana mengharu biru, pecah tangis mereka di ruangan
yang sempit dan suara tangisnya pun menggaung hingga beberapa radius
kilometer.
Setelah episode termehek-mehek berjalan lama,akhirnya diambillah MoU
bahwa mereka dalam waktu dekat atau tidak dekat akan berkolaborasi
membuat sebuah catatan baru. Tapi belum disepakati akan mengambil tema
apa karena sebelum ini catatannya akan berlibur bersama
catatan-catatannya yang kemarin, mungkin ke negeri Jiran kalau tidak ke
Museum Catatan Klasik, sekalian memesan peristirahatan terakhir disitu
apabila MoU itu gagal. Dan si perempuan juga disibukkan dengan
muhasabahnya kepada TuhanNya, katanya dia sedang dipinang seorang
laki-laki, "Tahun depan lamaran insya Allaah" katanya.
Setelah menemui kesepakatan dengan menandatangani MoU, acara mediasi
diakhiri dengan karaoke bersama, lagu Iwan Fals yang berjudul Kemesraan
dipilih oleh mereka berdua. Episode termehek-mehek masih berlanjut,
keduanya berpelukan erat, mereka sadar saling membutuhkan tetapi karena
kesibukan masing-masing akhirnya mereka terpisah.
Catatanya sibuk memikirkan takutnya mengganggu perempuan berjilbab itu
sedangkan si perempuan sibuk dengan rutinitas yang unknown (^_^)v.
Perpisahan pun terjadi, foto selfie berdua penuh ceria menjadi oleh-oleh
berharga bagi keduanya hari itu. Catatannya segera mempersiapkan
acaranya dan perempuan berjilbab menghilang di kerumunan asap. Dan
ruangan itu kembali lengang.
Dan aku cuma bisa tersenyum mengamatinya, mungkin andilku cuma sampai
itu, selebihnya aku serahkan pada mereka, toh mereka sudah tukar pin
bbm, jadi biar mereka yang akan menentukan bagaimana menyikapi MoU yang
telah ditekan. MoU yang hanya sebatas formalitas, ikatan hati dan
kesadaran itulah yang paling menentukan. Yup, mungkin bagi mereka waktu
adalah porsi yang tak bisa ditawar lagi, keduanya telah memiliki
keyakinan bahwa ada jalan untuk mewujudkannya, entah bagaimana caranya.
Dan waktulah yang akan menjawabnya dengan sempurna.
Oke, catatan ini sebatas hiburan dan memang aku sisipkan fakta yang
terjadi, dan tentang sosok perempuan berjilbab itu memang benar adanya
meski penggambarannya secara fiktif, cuma untuk mendramatisir catatan
ini agar lebih nyinetron seperti di TV-TV.
Dan akhirnya, jika ada salah kata, mohon ma'af, khususnya kepada si
perempuan yang sedikit sekali aku singgung diatas. Semoga semakin
semangat untuk berkarya dengan tulisan. Aamiiin.
Terima kasih atas atensinya,
Wassalamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakatuh...
Alhamdulillaahirabbil 'aalaamiin
Surabaya, 4 Okti 2015
09.30
Komentar
Posting Komentar