Spirit Kemerdekaan, Semangat Pembebasan!

Bismillahirrahmaanirraahiim...

Assalamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakatuh...

Alhamdulillaah, bisa menulis di note fesbuk setelah sekian lamanya vakum dan merasa sudah tak punya gairah lagi untuk menulis lebih panjang seperti biasanya. Menilik status-status fesbuk yg dipenuhi tulisan panjang khas status fesbuk merupakan sebuah transit sementara ketika aku tidak bisa menulis dengan bermain-main kata lebih lama dan lebih banyak lagi.
Sedikit berkisah, beberapa waktu lalu, seorang teman Aliyah memotivasiku untuk tetap menulis dan dia berharap, produk tulisanku yang berupa buku, dialah yang pertama menerimanya, motivasi yang bagus sebenarnya disaat aku tak memiliki gairah menulis.
By the way, aku juga ingin sebenarnya merampungkannya, banyak cara untuk memotivasi diri, mulai dari jadi nyatpam di perpus, baca buku-buku referensi, dengerin musik, sampe cara-cara spiritual pun juga belum banyak membantu. Akhirnya hingga detik ini, tulisanku masih tertahan di halaman ke 80. Padahal target diatas 150 halaman. Tinggal setengahnya. Tapi, apa mau dikata... Aku sudah mencoba berbagai cara, dan sepertinya aku masih kalah (-_-)'
Banyak draft-draf tulisan yang mangkrak di folder laptop, berdebu, dipenuhi sarang laba-laba, saking lamanya tak tersentuh olehku. Seperti tak kapok, aku masih saja mencoba terus dan terus menulis, meski akhirnya kebanyakan gagal total.
Draft-draft tulisan itu berkisar tentang, renunganku di Ramadhan kemarin, kegiatan baksos hingga halal bihalal kemarin. Lalu bagaimana lebaran singkat di Jawa Tengah, dan abstraksi cerpen-cerpen yang bermunculan di pikiranku ketika jelang tidur. Oh ya, dan yang terakhir, meski belum aku mulai, aku ingin menulis proses kedewasaanku dengan sebuah pilihan.
Tapi, sekali lagi... Aku masih kalah... Hufftt
Dan kebetulan bulan Agustus adalah euforia jargon kemerdekaan berkumandang dimana-mana, bendera khas Indonesia berkibar di pojok-pojok kampung, hingga hotel bintang lima. Semua memperingati nasib yang sama, yaitu KEMERDEKAAN.
Berbalik arah, berbagai tokoh di lain bidang mengatakan hal yang sama, KITA BELUM MERDEKA, BUNG!
Tokoh Agama bilang, Pembatasan-pembatasan nilai-nilai bahkan ajaran agama terjadi secara terang-terangan. Masjid dibakar, orang shalat harus diawasi, dakwah masjid dikebiri, ormas besar mulai disusupi ideologi liberal. Ada upaya untuk menggeser agama menjadi sebuah alat pembenaran bahwa beragama identik dengan berteroris. Inikah merdeka, Allaahu Akbar!
Lalu, tokoh Ekonomi bilang, utang numpuk, impor lebih besar daripada ekspor, produk lokal gulung tikar, gempuran produk impor jadi trending di masyarakat, harga beras naik, harga BBM naik, kurs mata uang Rupiah yg semakin anjlok. Merdeka dengkulmu!
Tak, mau kalah, tokoh pendidikan bilang, ajaran sesat ideologi liberal komunis memasuki buku-buku ajar sekolah, tawuran antar geng sekolah tak main-main mereka niat membunuh bukan melukai, dan seks bebas di kalangan pelajar kian naik, adalagi, adanya pemboncengan kepentingan politik di sela-sela demo mahasiswa, lalu MOS maut setiap tahun, dan OSPEK yang kerap menjadi lahan empuk perploncoan bagi mahasiswa-mahasiswa baru di perguruan tinggi, kita tinggal tunggu aja, siapa kali ini korbannya. Merdeka sekedar utopis, nak!
Tokoh Sosial juga bilang, 50% lebih masyarakat miskin tinggal di ketiak-ketiak kota besar. Mereka mengais mencari sesuap nasi denga payah, program pemerintah menggelontorkan miliaran bahkan triliunan menjadi asa yang tak sampai, layaknya asap mengepul dari dapur yang bisa mereka lihat namun tak bisa mereka pegang. Individualisme dan konsumtifme masyarakat perkotaan bersarang di setiap penduduk kota. Desentralisasi hanya angan-angan fatamorganis, daerah perbatasan tak mampu berbuat apa-apa. Kematian akibat kelaparan berita biasa... Merdeka itu makanan apa...!!
Itulah arti merdeka dengan sepaket masalah klasik yang tak kunjung tuntas. Kita cuma menunggu atau bahkan bisa jadi menjadi korban, korban kemerdekaan. Mungkin butuh ribuan nyawa lagi untuk menegaskan bahwa kita benar-benar merdeka, seperti perjuangan pendahulu kita mengorbankan nyawa mereka demi mempertahankan sejengkal tanah.
Ah, kita mah apa berani gitu... Diputusin pacar aja udah nangis, begalau bahkan bunuh diri. Eh, ada yang berani juga gorok orang tua. Ada juga cuma demi beli gadget eh, malah nyolong motor. Di bangku kelas nyontek waktu ujian itu juga bukan cerminan lu merdeka, guys!! Itu mah sama aja mendukung korupsi! Atau bahkan saat kita asik-asiknya nongkrong eh, tetangga sebelah kita belum makan 2 hari. Apatis banget, tho!!
Jadi jangan bangga deh bisa ikut upacara di 17 nanti, apa kontribusimu untuk negeri kita? Menghujat pemerintah di medsos? Ato bahkan membully akun yang tidak seagama dengan kita? Gag gitu kali...
Sebulan mendekati Idul Adha, beli hape jutaan aja bisa, beli kambing qurban joinan/patungan malah tak ada duit, eeee malah termehek-mehek ngarepin kebagian daging qurban, bahkan udah nyiapin sehari sebelumnya beli tusuk sate sama panggangan, katanya, "buat nyate besok", nyate tubuh lu, iyye!
Padahal qurban aja kagak, hemmmm.... itu belum merdeka, setan masih menjajah hati dan tubuhmu... Menakut-nakutimu dengan kemiskinan! Terjajah dengan bayang-bayang miskin jadinya, kalo gitu merdeka ndak, sih?
Pikir sendiri, renungin dalem-dalem, perbaiki diri demi dirimu sendiri....
okey....
Bagiku, kemerdekaan adalah memberikan waktu luang dan meluangkan waktu kita memberikan kemerdekaan bagi orang lain dari hal-hal yang menjajah hidup mereka. Contohnya, orang kelaparan, berilah ia makan, dengan itu ia bisa melanjutkan aktifitas mereka tanpa rasa lapar lagi. Orang bersedih, hiburlah ia, sehingga ia bisa memandang ada hal yang lebih indah untuk dijalani. Berhadapan dengan pemerintah, tak perlu menghujat dengan gaya bahwa kita sok bisa, sok tahu, sok solutif, sok kritis, dan apalahi itu, tapi sampaikanlah dengan bahasa yang elok, berpendidikan, santun. Toh, kalau pun diabaikan, sia-sia setidaknya Tuhan Tahu dan Memuji sikapmu...
Jadi, merdekakanlah hatimu untuk lebih bisa menghadapi dan menciptakan kemerdekaan bagi jiwa-jiwa yang terjajah.
Akhir kata, mohon ma'af bila ada kata-kata yang salah, sebab tak ada niat untuk saling merendahkan, saling menghujat dan saling menyalahkan. Semoga catatan ini menjadi kontribusi kecil seorang mahasiswa semester 11 pada negara kebanggaannya. Bukan cari muka, bukan karena sok pinter, tapi lebih karena, aku ingin merdeka!!

Salam Semangat, dan...
Salam sukses

Wassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh....

Sabtu, 15 Agustus 2015
14.00
Surabaya

catatan ini selesai sekali duduk melalui hape GT I5510

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ini Ceritaku Hari Ini. Update

Ponorogo Punya Cerita (19 Desember 2014)

Cinta Dalam Diam ; Romantisme Cinta Ala Ali Bin Abi Thalib dan Fatimah