'Kitab Agama Baru'
Nulis apa yah...
kok jadi bingung ginih?
Beberapa menit sebelumnya aku sudah ngetik 3-4 baris tentang kerinduanku pada almh. Ibu, tapi karena tak yakin, ctrl + A + delete beraksi. Lalu, aku sudah menulis kalimat taawudz, hendak menulis tentang... apa yah? Tapi juga demikian, harus bernasib sama dengan bakal tulisan diatas. Beberapa menit terakhir tadi, sempat menulis 4 baris dialog seorang kekasih tentang sebuah keajaiban, judul udah aku kasih, Do'a. Tapi karena blank dan tak punya ide lagi untuk melanjutkan akhirnya bernasib sama juga.
Akhirnya baris diatas menulis tentang ketidakmampuanku menulis dengan lancar, tersendat tertahan ide yang belum mencair.
Okeh, sekarang nulis tentang... emmm... Sempat terbersit jelang tidur tadi, Ibu, Mimpi, dan... emmmm...
agama? Enggak... Lagi males nulis tentang agama, harus pake referensi, harus ada kitab atau buku sandaran untuk bisa dijadikan tulisan yang layak konsumsi. Atau nulis tentang remaja? Remaja...
Emm... Remaja yang mana lagi ingin aku angkat?
Oh iya, akhir-akhir ini aku aktifitasku mengharuskanku berinteraksi dengan mereka, kebetulan aku punya cerita tentang mereka, semoga layak untuk dikonsumsi.
Suatu sore, sebutlah Jono dan Joni, sedang ngobrolin tugas Jono yang barusan selesai.
"Eh, kok nyetak dua kamu no?
"ini buat Ainem pacarku, makanya aku nyetak dua"
"lah, gag lu serahin aja besok ke sekolah"
"gag lah no, nanti malem aku ke rumahnya"
"ooo..."
"kan dia baru sembuh, sekalian aku bawain dia nasi bebek"
begitu percakapan Jono dan Joni di suatu sore, yang aku tangkap saat mendengarkan mereka ngobrol membuatku serasa miris. Yah! Gaya berpacaran mereka!. Kalian tahu, Jono dan Joni adalah murid MTs atau setingkat SMP. Pacaran telah menapaki jalan yang serius dalam kehidupan anak SMP! Ngapel mbawain nasi bebek kedengarannya sangat asing bagiku, untuk tingkat SMP hal itu sungguh luar biasa. Dalam obrolan itu, sebenarnya si Jono memilih kata genda'**n (maaf aku sensor). Emang faktanya begitu!
Kok aku bisa tahu?
Aku duduk tak lebih 1 meter dari mereka, begitu dekat!!
Sempat aku berpikir (biasanya sih enggak), gimana model perpacaran mereka kelak yah? Udah SMP kayak gini.
Ngapel bawa nasi bebek apakah buruk? Jelek?
Sisi positifnya, si Jono punya rasa sosial yang baik, membawa nasi bebek untuk perempuan ia kasihi. Itu perkembangan yang bagus untuk sisi psikologi remaja.Tapi ingat, biasanya pacaran itu penuh dengan modus, sisi kesempurnaan dan kebaikanlah yang sering ditonjolkan, sok care, sok sosial, sok sopan, sok menghargai, tapi itu semuanya modus, hanya untuk menjerat target mereka. Membangun image bahwa ia adalah sosok yang sangat sempurna di mata lawan jenis.
Itu sudah biasa.
Aku sudah pernah mengamati dan meneliti (meski tak ilmiah) mayoritas apa yang aku duga tidak semuanya salah.
tren pacaran bagi kalangan SMP sangatlah wajar, bagi kaum pendukungnya (pendukung pacaran), wajar karena televisi mencontohkan hal demikian. Pacaran adalah sebuah hubungan yang wajar bagi kaum muda. Anak SD saling suka wajar, televisi berusaha membangun paradigma baru. Dan kalian tahu, itu berhasil!
Pernahkah televisi menayangkan bahwa pacaran itu tidak dikenal dalam agama Islam?
kalau kalian jawabnya "tidak pernah", itu salah!
Televisi sekarang menjelma bagai 'kitab agama' yang baru. Coba tengok bentar. (duh, aku kok jadi ngegosipin televisi yak). (bentar aja nengoknya ya, takut melenceng)
7 Harimau, Anak Jalanan, Uttaran... Kalau judul yang terakhir sinetron India yang paling aku benci! Suerrr! Gila... Ada Sinetron yang disiarin Pagi - Siang - Sore... Gila! Siapa yang gila? Apakah stasiun televisinya? Bukaann... Yang nonton!!
Umikku + mbakku kecanduan nonton sinetron yang menurutku gag ada sisi baiknya sama sekali! Konflik yang dipertontonkan, jelas aja kasus percerain di sebuah kabupaten Jawa Tengah meningkat, entah ini benar atau cuma hoax, bukan itu yang penting masalahnya, film ini tetap sangat gag mendidik bagiku. Durasinya sangat panjang untuk apa?? Diulang-ulang terus! Bagaimana jika yang ditayangkan adalah tentang ajaran agama? Sepi kali yah...
Mungkin begini manajemen waktunya, sinetron tayang pagi pangsa pasarnya ibu-ibu yang beraktifitas di rumah, tayang siang pangsa pasarnya para pegawai yang menikmarti istirahat siangnya, tayang sore pangsa pasarnya remaja cewek dan ibu-ibu yang beraktifitas di rumah, tayang malam, pangsa pasarnya keluarga fanatik sinetron.
Lalu bagaimana dengan sinetron lokal? Jawabnya sama saja! Kadang sinetron lokal yang Islami pun belum menjanjikan bahwa ia akan menampilkan hal yang baik sesuai ajaran Islam.
Aku membayang jika sinetron pertelevisian lokal seperti film pendeknya Daarul Quran atau sejenisnya, film pendek yang segmennya anak muda, kalangan remaja siap nikah, atau usianya udah pantas nikah.Film pendek yang bernuansa Islami sarat dakwah, film yang lebih memilih investasi akhirat daripada dunia. Itulah film besutan Daarul Qur'an.
Tapi sayangnya, kita lebih memilih film bermoral rendah, jadi tak heran anak muda jaman sekarang lebih cool dan dikatakann gaul jika udah punya cewek dan motor. Dua hubungan yang tak terpisahkan! Sinetron lokal yang mengajari, anak muda sekarang dikatakan dewasa jika udah berani berantem, berani minum khamr, atau udah bisa nonton video porno. Nah, yang terakhir itu efeknya luar biasa, dan data yang didapat sungguh luar biasa video porno dengan anak muda. Tak hanya muda, anak kecil!
Ya Allaah.
Rating sebuah sinetron akan naik jika banyak yang nonton, ibarat makanan, pihak stasiun hanya menyajikan. Jika respon penikmatnya bagus, porsi ditambah dan makanan akan dihiasi agar lebih manis bagi penikmatnya.
Kitalah penyebab semua ini.
Kita terlalu sepele dengan problem akut seperti ini. Entah sampai kapan ini akan berakhir. Sebuah rantai keburukan yang tak berujung dalam dunia persinetronan kita.
---
Ambil sisi positifnya saja, buang negatifnya. Lucunya, terkadang sisi positif berada di barisan paling akhir. Hanya beberapa menit dari porsi belasan jam yang disuguhkan
---
Okeh, lagi...
Aku punya cerita lagi, ini fakta, hanya beberapa detik saja, mungkin 20-30 detik. Tapi hampir membuatku tertawa... Sebutlah Tono dan Tina
Tina : kamu duduk o yang.. nanti capek...
Tono : enggak kok...
Tina : itu ambil kursi
Tono : enggak kok yang
Tina : nanti kamu capek...
Percakapan dua sejoli, remaja sih, si Tina sepertinya mahasiswa akhir. Ada sisi positif dan tingkat kepedulian yang tinggi ditunjukkan si Tina pada cowoknya. Tapi bagiku itu sesuatu yang menggelitik. Si cowok baru berdiri tidak lebih dari satu menit, sementara si cewek udah duduk duluan. Lucunya dimana, coba?
Apakah seperti ini model perpacaran orang dewasa? Dewasa apa remaja ya??
Ada lagi, kemarin aku merhatiin pasangan cowok dan cewek, si cewek berjilbab rapat (maksudnya pakaiannya juga rapat) sementara si cowok pake anting-anting, mereka tak segan menunjukkan kedekatannya. Miris sebenarnya, adalagi...
Banyak sekali sebenarnya hal yang menunjukkan bahwa kita telah dihipnotis oleh sinetron dan didukung oleh video porno. Oke, video porno... Aku bahas dikit yah...
candu film porno luar biasa bagi perkembangan otak manusia. Terlebih kaum adam. Sangatlah luar biasa jika tak dibentengi oleh iman yang kuat. Tadi aku menyebutkan data yang mengejutkan tentang video porno. Berdasarkan link ini bahwa dari 89 juta pengguna Internet di Indonesia, 45 juta pengguna diantaranya mengakses situs pornografi. Siapakah salah satu korbannya? Yuppp.. Anak-anak!
kemudahan mengakses internet melalui smartphone, warnet dan fasilitas internet gratis yang tersebar dimana-mana bahkan warung pojok kampung sekarang sudah terinstall wifi demi memikat pelanggan, strategi marketing yang baru, tentu anak-anak menjadi korban potensial bagi situs-situs game lalu menempatkan gambar porno diantara game mereka yang disukai anak-anak. Silahkan coba download game apa saja, pasti (meski tak bisa memastikan 100%) ada gambar perempuan dengan tampilan vulgar di sela-sela game itu.
Jujur, aku pernah download game lewat hape, memang faktanya ada tampilan porno, tapi aku tak menekan, aku hanya ingin bermain game (meski beberapa menit kemudian aku uninstall) racing.
---
Dan sekarang apa yang harus kita lakukan...
oke, mari kita renungkan bersama-sama, semua keburukan berasal dari hati yang kurang bersih. Dan pendidikan berawal dari keluarga. Keluarga memiliki peran yang sangat penting bagi perkembangan psikologis seorang anak. Keluarga juga bisa mempengaruhi perkembangan masyarakat, bukankah masyarakat itu dibangun dari unit-unit kecil keluarga?
dalam Al Qur'an disebutkan (search di google, tinggal yang ketik yang mau kita cari, abradakabra... muncul yang kita inginkan. Jika ada yang menyebut aku sosok religius hapal ayat Al Qur'an, itu terlalu berlebihan. Google yang membantuku, okey)
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At Tahrim: 6)
--
Ma'af itu ada tafsirannya jadi aku tak bisa menafsirkan seenak udelku dewe. Enggaklah, tapi ayat diatas sangat jelas dan mudah dipahami mentah-mentah bagi orang awam. Peliharalah dirimu dan keluargamu. Dirimu ini menyebut sosok kepala keluarga, secara terstruktur keluarga terdiri dari ayah, ibu, anak pertama, kedua dan seterusnya. Ayah memiliki peran yang luar biasa dengan dibantu ibu, peran mereka berdua sangat penting dalam keberhasilan anak-anak mereka. Jika orang tua memiliki pemahaman atau memiliki perhatian besar bagi anak-anak mereka terutama masalah agama, tentu keluarga seperti inilah yang sangat dirindukan oleh Rasulullah SAW. Keluarga Sakinah Mawaddah wa Rahmah...
Keberhasilan orang tua mendidik anak itu bisa dilihat dari karakter anak tersebut, jika orang tua masih ada, penghormatan luar biasa terhadap mereka sarat cinta, jika orang tua telah tiada, tak lupa ia selalu mendo'akan mereka tiap hari.
Rasulullah sebagai uswatun hasanah, teladan satu-satunya seharusnya dihidupkan dalam sebuah keluarga. Tapi sayangnya tidak, figur seperti Rasulullah lebih banyak beredar dalam teks-teks pelajaran berdurasi 30-60 menit. Selebihnya peran artis lokal maupun luar yang mendominasi kehidupan mereka.
Seorang ibu seharusnya mampu menjadi benteng bertahan di rumah, menjelaskan bahwa tiap sinetron memiliki dua sisi berbeda. Baik buruk harus dijelaskan secara objektif, bukan unsur kesukaan ibu saja (ma'af jika aku menyinggung sisi keibuan), bagaimana tidak Uttaran mayoritas penikmatnya adalah ibu-ibu dan remaja putri. Disitulah kadang aku merasa geram.
Sudah... sudah. Ini sudah malam,
aku lebih memilih mengakhiri tulisan ini.
Kesimpulannya.
Horee, aku udah capek... Aku ingin segera menyudahi
Sarannya...
- Unit keluarga seharusnya mengedepankan sisi objektif dalam mendidik anak, Rasululllah sebagai teladan utama semua manusia seharusnya dihidupkan di tengah keluarga.
- Kepribadian seorang anak dipengaruhi oleh bagaimana orang tua mendidik, kita tak berbicara andil lingkungan yang kerap berpengaruh. Tapi, kita sebagai seorang anak berawal dari sebuah keluarga. Keluarga yang kelak menentukan bagaimana bagus dan buruknya seorang anak di masa yang akan datang.
- Televisi seharusnya menjadi media penghibur, bukan media provokasi masa depan anak-anak. Lebih dibanyakin lagi program mendidik seperti Laptop si Unyil, Petualangan Si Bolang dan lain-lain. Jangan cuma, Anak Jalanan, 7 Manusia Harimau, Gila-Gila Setan (sebenere Ganteng-Ganteng Serigala, hahaha...) dan seterusnya, meski tokohnya anak muda, tapi jalan ceritanya bukan anak muda banget, bahkan bukan mencerminkan adat ketimuran yang coba dijunjung kokoh oleh bangsa ini... Tapi, televisi berusaha merusaknya, dan tak disadari berrevolusi menjadi 'kitab agama' baru.
Turut berduka cita seduka-dukanya...
Alhamdulillaah...
11.43 Pm
Eh, judul enaknya dikasih apa, yah..Baru sadar kalo belum dikasih judul...
Emmm... Enaknya yang memprovokasi aja yah...
kok jadi bingung ginih?
Beberapa menit sebelumnya aku sudah ngetik 3-4 baris tentang kerinduanku pada almh. Ibu, tapi karena tak yakin, ctrl + A + delete beraksi. Lalu, aku sudah menulis kalimat taawudz, hendak menulis tentang... apa yah? Tapi juga demikian, harus bernasib sama dengan bakal tulisan diatas. Beberapa menit terakhir tadi, sempat menulis 4 baris dialog seorang kekasih tentang sebuah keajaiban, judul udah aku kasih, Do'a. Tapi karena blank dan tak punya ide lagi untuk melanjutkan akhirnya bernasib sama juga.
Akhirnya baris diatas menulis tentang ketidakmampuanku menulis dengan lancar, tersendat tertahan ide yang belum mencair.
Okeh, sekarang nulis tentang... emmm... Sempat terbersit jelang tidur tadi, Ibu, Mimpi, dan... emmmm...
agama? Enggak... Lagi males nulis tentang agama, harus pake referensi, harus ada kitab atau buku sandaran untuk bisa dijadikan tulisan yang layak konsumsi. Atau nulis tentang remaja? Remaja...
Emm... Remaja yang mana lagi ingin aku angkat?
Oh iya, akhir-akhir ini aku aktifitasku mengharuskanku berinteraksi dengan mereka, kebetulan aku punya cerita tentang mereka, semoga layak untuk dikonsumsi.
Suatu sore, sebutlah Jono dan Joni, sedang ngobrolin tugas Jono yang barusan selesai.
"Eh, kok nyetak dua kamu no?
"ini buat Ainem pacarku, makanya aku nyetak dua"
"lah, gag lu serahin aja besok ke sekolah"
"gag lah no, nanti malem aku ke rumahnya"
"ooo..."
"kan dia baru sembuh, sekalian aku bawain dia nasi bebek"
begitu percakapan Jono dan Joni di suatu sore, yang aku tangkap saat mendengarkan mereka ngobrol membuatku serasa miris. Yah! Gaya berpacaran mereka!. Kalian tahu, Jono dan Joni adalah murid MTs atau setingkat SMP. Pacaran telah menapaki jalan yang serius dalam kehidupan anak SMP! Ngapel mbawain nasi bebek kedengarannya sangat asing bagiku, untuk tingkat SMP hal itu sungguh luar biasa. Dalam obrolan itu, sebenarnya si Jono memilih kata genda'**n (maaf aku sensor). Emang faktanya begitu!
Kok aku bisa tahu?
Aku duduk tak lebih 1 meter dari mereka, begitu dekat!!
Sempat aku berpikir (biasanya sih enggak), gimana model perpacaran mereka kelak yah? Udah SMP kayak gini.
Ngapel bawa nasi bebek apakah buruk? Jelek?
Sisi positifnya, si Jono punya rasa sosial yang baik, membawa nasi bebek untuk perempuan ia kasihi. Itu perkembangan yang bagus untuk sisi psikologi remaja.Tapi ingat, biasanya pacaran itu penuh dengan modus, sisi kesempurnaan dan kebaikanlah yang sering ditonjolkan, sok care, sok sosial, sok sopan, sok menghargai, tapi itu semuanya modus, hanya untuk menjerat target mereka. Membangun image bahwa ia adalah sosok yang sangat sempurna di mata lawan jenis.
Itu sudah biasa.
Aku sudah pernah mengamati dan meneliti (meski tak ilmiah) mayoritas apa yang aku duga tidak semuanya salah.
tren pacaran bagi kalangan SMP sangatlah wajar, bagi kaum pendukungnya (pendukung pacaran), wajar karena televisi mencontohkan hal demikian. Pacaran adalah sebuah hubungan yang wajar bagi kaum muda. Anak SD saling suka wajar, televisi berusaha membangun paradigma baru. Dan kalian tahu, itu berhasil!
Pernahkah televisi menayangkan bahwa pacaran itu tidak dikenal dalam agama Islam?
kalau kalian jawabnya "tidak pernah", itu salah!
Televisi sekarang menjelma bagai 'kitab agama' yang baru. Coba tengok bentar. (duh, aku kok jadi ngegosipin televisi yak). (bentar aja nengoknya ya, takut melenceng)
7 Harimau, Anak Jalanan, Uttaran... Kalau judul yang terakhir sinetron India yang paling aku benci! Suerrr! Gila... Ada Sinetron yang disiarin Pagi - Siang - Sore... Gila! Siapa yang gila? Apakah stasiun televisinya? Bukaann... Yang nonton!!
Umikku + mbakku kecanduan nonton sinetron yang menurutku gag ada sisi baiknya sama sekali! Konflik yang dipertontonkan, jelas aja kasus percerain di sebuah kabupaten Jawa Tengah meningkat, entah ini benar atau cuma hoax, bukan itu yang penting masalahnya, film ini tetap sangat gag mendidik bagiku. Durasinya sangat panjang untuk apa?? Diulang-ulang terus! Bagaimana jika yang ditayangkan adalah tentang ajaran agama? Sepi kali yah...
Mungkin begini manajemen waktunya, sinetron tayang pagi pangsa pasarnya ibu-ibu yang beraktifitas di rumah, tayang siang pangsa pasarnya para pegawai yang menikmarti istirahat siangnya, tayang sore pangsa pasarnya remaja cewek dan ibu-ibu yang beraktifitas di rumah, tayang malam, pangsa pasarnya keluarga fanatik sinetron.
Lalu bagaimana dengan sinetron lokal? Jawabnya sama saja! Kadang sinetron lokal yang Islami pun belum menjanjikan bahwa ia akan menampilkan hal yang baik sesuai ajaran Islam.
Aku membayang jika sinetron pertelevisian lokal seperti film pendeknya Daarul Quran atau sejenisnya, film pendek yang segmennya anak muda, kalangan remaja siap nikah, atau usianya udah pantas nikah.Film pendek yang bernuansa Islami sarat dakwah, film yang lebih memilih investasi akhirat daripada dunia. Itulah film besutan Daarul Qur'an.
Tapi sayangnya, kita lebih memilih film bermoral rendah, jadi tak heran anak muda jaman sekarang lebih cool dan dikatakann gaul jika udah punya cewek dan motor. Dua hubungan yang tak terpisahkan! Sinetron lokal yang mengajari, anak muda sekarang dikatakan dewasa jika udah berani berantem, berani minum khamr, atau udah bisa nonton video porno. Nah, yang terakhir itu efeknya luar biasa, dan data yang didapat sungguh luar biasa video porno dengan anak muda. Tak hanya muda, anak kecil!
Ya Allaah.
Rating sebuah sinetron akan naik jika banyak yang nonton, ibarat makanan, pihak stasiun hanya menyajikan. Jika respon penikmatnya bagus, porsi ditambah dan makanan akan dihiasi agar lebih manis bagi penikmatnya.
Kitalah penyebab semua ini.
Kita terlalu sepele dengan problem akut seperti ini. Entah sampai kapan ini akan berakhir. Sebuah rantai keburukan yang tak berujung dalam dunia persinetronan kita.
---
Ambil sisi positifnya saja, buang negatifnya. Lucunya, terkadang sisi positif berada di barisan paling akhir. Hanya beberapa menit dari porsi belasan jam yang disuguhkan
---
Okeh, lagi...
Aku punya cerita lagi, ini fakta, hanya beberapa detik saja, mungkin 20-30 detik. Tapi hampir membuatku tertawa... Sebutlah Tono dan Tina
Tina : kamu duduk o yang.. nanti capek...
Tono : enggak kok...
Tina : itu ambil kursi
Tono : enggak kok yang
Tina : nanti kamu capek...
Percakapan dua sejoli, remaja sih, si Tina sepertinya mahasiswa akhir. Ada sisi positif dan tingkat kepedulian yang tinggi ditunjukkan si Tina pada cowoknya. Tapi bagiku itu sesuatu yang menggelitik. Si cowok baru berdiri tidak lebih dari satu menit, sementara si cewek udah duduk duluan. Lucunya dimana, coba?
Apakah seperti ini model perpacaran orang dewasa? Dewasa apa remaja ya??
Ada lagi, kemarin aku merhatiin pasangan cowok dan cewek, si cewek berjilbab rapat (maksudnya pakaiannya juga rapat) sementara si cowok pake anting-anting, mereka tak segan menunjukkan kedekatannya. Miris sebenarnya, adalagi...
Banyak sekali sebenarnya hal yang menunjukkan bahwa kita telah dihipnotis oleh sinetron dan didukung oleh video porno. Oke, video porno... Aku bahas dikit yah...
candu film porno luar biasa bagi perkembangan otak manusia. Terlebih kaum adam. Sangatlah luar biasa jika tak dibentengi oleh iman yang kuat. Tadi aku menyebutkan data yang mengejutkan tentang video porno. Berdasarkan link ini bahwa dari 89 juta pengguna Internet di Indonesia, 45 juta pengguna diantaranya mengakses situs pornografi. Siapakah salah satu korbannya? Yuppp.. Anak-anak!
kemudahan mengakses internet melalui smartphone, warnet dan fasilitas internet gratis yang tersebar dimana-mana bahkan warung pojok kampung sekarang sudah terinstall wifi demi memikat pelanggan, strategi marketing yang baru, tentu anak-anak menjadi korban potensial bagi situs-situs game lalu menempatkan gambar porno diantara game mereka yang disukai anak-anak. Silahkan coba download game apa saja, pasti (meski tak bisa memastikan 100%) ada gambar perempuan dengan tampilan vulgar di sela-sela game itu.
Jujur, aku pernah download game lewat hape, memang faktanya ada tampilan porno, tapi aku tak menekan, aku hanya ingin bermain game (meski beberapa menit kemudian aku uninstall) racing.
---
Dan sekarang apa yang harus kita lakukan...
oke, mari kita renungkan bersama-sama, semua keburukan berasal dari hati yang kurang bersih. Dan pendidikan berawal dari keluarga. Keluarga memiliki peran yang sangat penting bagi perkembangan psikologis seorang anak. Keluarga juga bisa mempengaruhi perkembangan masyarakat, bukankah masyarakat itu dibangun dari unit-unit kecil keluarga?
dalam Al Qur'an disebutkan (search di google, tinggal yang ketik yang mau kita cari, abradakabra... muncul yang kita inginkan. Jika ada yang menyebut aku sosok religius hapal ayat Al Qur'an, itu terlalu berlebihan. Google yang membantuku, okey)
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At Tahrim: 6)
--
Ma'af itu ada tafsirannya jadi aku tak bisa menafsirkan seenak udelku dewe. Enggaklah, tapi ayat diatas sangat jelas dan mudah dipahami mentah-mentah bagi orang awam. Peliharalah dirimu dan keluargamu. Dirimu ini menyebut sosok kepala keluarga, secara terstruktur keluarga terdiri dari ayah, ibu, anak pertama, kedua dan seterusnya. Ayah memiliki peran yang luar biasa dengan dibantu ibu, peran mereka berdua sangat penting dalam keberhasilan anak-anak mereka. Jika orang tua memiliki pemahaman atau memiliki perhatian besar bagi anak-anak mereka terutama masalah agama, tentu keluarga seperti inilah yang sangat dirindukan oleh Rasulullah SAW. Keluarga Sakinah Mawaddah wa Rahmah...
Keberhasilan orang tua mendidik anak itu bisa dilihat dari karakter anak tersebut, jika orang tua masih ada, penghormatan luar biasa terhadap mereka sarat cinta, jika orang tua telah tiada, tak lupa ia selalu mendo'akan mereka tiap hari.
Rasulullah sebagai uswatun hasanah, teladan satu-satunya seharusnya dihidupkan dalam sebuah keluarga. Tapi sayangnya tidak, figur seperti Rasulullah lebih banyak beredar dalam teks-teks pelajaran berdurasi 30-60 menit. Selebihnya peran artis lokal maupun luar yang mendominasi kehidupan mereka.
Seorang ibu seharusnya mampu menjadi benteng bertahan di rumah, menjelaskan bahwa tiap sinetron memiliki dua sisi berbeda. Baik buruk harus dijelaskan secara objektif, bukan unsur kesukaan ibu saja (ma'af jika aku menyinggung sisi keibuan), bagaimana tidak Uttaran mayoritas penikmatnya adalah ibu-ibu dan remaja putri. Disitulah kadang aku merasa geram.
Sudah... sudah. Ini sudah malam,
aku lebih memilih mengakhiri tulisan ini.
Kesimpulannya.
Horee, aku udah capek... Aku ingin segera menyudahi
Sarannya...
- Unit keluarga seharusnya mengedepankan sisi objektif dalam mendidik anak, Rasululllah sebagai teladan utama semua manusia seharusnya dihidupkan di tengah keluarga.
- Kepribadian seorang anak dipengaruhi oleh bagaimana orang tua mendidik, kita tak berbicara andil lingkungan yang kerap berpengaruh. Tapi, kita sebagai seorang anak berawal dari sebuah keluarga. Keluarga yang kelak menentukan bagaimana bagus dan buruknya seorang anak di masa yang akan datang.
- Televisi seharusnya menjadi media penghibur, bukan media provokasi masa depan anak-anak. Lebih dibanyakin lagi program mendidik seperti Laptop si Unyil, Petualangan Si Bolang dan lain-lain. Jangan cuma, Anak Jalanan, 7 Manusia Harimau, Gila-Gila Setan (sebenere Ganteng-Ganteng Serigala, hahaha...) dan seterusnya, meski tokohnya anak muda, tapi jalan ceritanya bukan anak muda banget, bahkan bukan mencerminkan adat ketimuran yang coba dijunjung kokoh oleh bangsa ini... Tapi, televisi berusaha merusaknya, dan tak disadari berrevolusi menjadi 'kitab agama' baru.
Turut berduka cita seduka-dukanya...
Alhamdulillaah...
11.43 Pm
Eh, judul enaknya dikasih apa, yah..Baru sadar kalo belum dikasih judul...
Emmm... Enaknya yang memprovokasi aja yah...
Komentar
Posting Komentar