Hijrah - Bagian Pertama
![]() |
"sesungguhnya aku akan pindah ke Rabb-ku" - google image |
Sebenarnya ingin membuat kisah tentang seorang lelaki yang hijrah dari kehidupan masa lalunya yang kelam, penuh dosa. Dia pernah mencuri karena ia tak belum makan selama 3 hari, dan ia juga pernah mencuri karena ia tak memiliki sepeser uang pun untuk menyelamatkan seorang kakek yang tinggal di emperan toko emas karena sakit keras.
Lelaki yang pernah nyantri tapi tak selesai itu hidup bak gelandangan hingga om Karim, seorang lintah darat mengangkatnya sebagai pegawainya, menjadi debt collector, ia tak segan-segan menyakiti targetnya. Bahkan mengancamnya dengan golok yang ia bawa. Dan akhirnya ia mengenal seorang putri ustadz masjid yang berhasil ia sesatkan karena pengaruh cintanya.
Tapi lagi gag mood (hey, mood itu diciptakan bukan dinanti) iya iya...
= = = = = = = = = = =
Hanya beberapa saat dia terdiam, aku seolah menemukan kesunyian yang begitu mencekam. Tak terlihat lagi kendaraan melintasi di depan kami berdua. Kulihat jam digital handphoneku, menunjukkan angka 23.15 wib.
“Ternyata sudah larut malam juga ya...” kataku dalam hati.
Hening...
“Aku sadar keputusan ini begitu tiba-tiba, tapi inilah yang terbaik bagi kita, aku sungguh mencintaimu, dan aku ingin cinta kita tak hanya di dunia saja, aku ingin kelak bersamamu hingga di akhirat jika memang Allah mengijinkan" aku berusaha mengatakannya sekuat tenaga, meski terasa berat di lidah. Kelu.
Risna hanya diam setelah aku mengutarakan hendak mengakhiri hubungan ini. Aku tahu ini berat bagi kami, hubungan asmara yang telah kami jalani 2 tahun lamanya. Suka duka sering kami lalui bersama. Bukannya karena tidak mencintainya, dan juga bukan karena sayangku sudah hilang padanya. Tapi karena aku telah bertekad bahwa aku ingin menjalankan Islam agamaku secara total, utuh.
Aku sadar bahwa dosaku banyak. Bahkan aku masih ragu, Allah maukah mengampuni dosa-dosaku yang kusengaja ini??.
Suasana memang mendukung jika kami hendak memadu kasih, layaknya sepasang muda-mudi yang di samping tempat duduk kami yang saling berpegangan tangan, dan entah apa lagi yang mereka lalukan disana, aku tak begitu memedulikan mereka. Jika hendak menuruti hawa nafsu, aku pun bisa melakukannya, tentunya dengan alasan pembuktian cinta, atau ekspresi kasih sayang, Namun aku tak ingin nafsu syetan menguasaiku meski suasana yang begitu mendukung seperti ini. Tapi aku teringat apa yang telah di ajarkan oleh pak Yusuf, guru Agama di sekolahku.
“janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk”. (Al Isra,32)
Dari beliau pula aku sedikit memahami bahwa Islam, jika mengharamkan sesuatu maka pintu yang dimungkinkan bisa membawa ke jalan haram tersebut ditutup!! Kalau dalam posisiku sekarang ini yang sedang berdua dengan Risna, Islam bisa menghukuminya sebagai suatu tindakan yang menyimpang dan bisa dikategorikan dosa. Nabi pernah bersabda,
“barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah sekali-kali bersendirian dengan seorang perempuan yang tidak bersama mahramnya, karena yang ketiganya adalah setan” (Riwayat Ahmad)
-----
bersambung
Komentar
Posting Komentar