Intoleransi Cinta



“Marni, abang mencintaimu separuh jiwa abang”
Kenapa Cuma separuh, bang? Ih, abang tega ngasih separuh jiwa abang bagi MArni?
“bukan begitu maksud abang, Marni. Marni tahulah, datuk Rudi, ayah Marni tidak suka dengan abang.”
Apa hubungannya sama ayah Marni, bang?
“bukankah Datuk Ingkang tidak suka dengan abang, Marni? Datuk Ingkang bilang, abang terlalu jauh meninggalkan agama, meninggalkan jauh ajaran leluhur kita, padahal abang tidak segitunya”
Lalu apa hubungannya dengan separuh jiwa abang buat Marni?
“… abang cuma takut, jika seluruh jiwa abang berikan ke MArni, dan akhirnya Datuk Ingkang menolak pinangan abang, tentu hancur jiwa abang, Marni. Tak Marni kasihankah melihat abang hancur oleh kenyataan ditolak pinangan abang nantinya”
Abang harus berubah…
“berubah bagaimana, Marni? Abang shalat lima waktu tiap hari. Abang mengaji Al Qur’an tiap malam, bahkan tiap bulan hatam 30 juz, dan ditambah abang sudah hapal juz Amma. Abang juga puasa Senin Kamis. Kurang apa coba agama abang? Sudah abang lakukan ajaran leluhur kita, tanpa satu pun terlewatkan”
Abah pernah bilang ke Marni suatu malam
Al Qur’an adalah pedoman hidup leluhur kita. Dulu semasa kecil, abah diajarkan bagaimana cara mencintai Al Qur’an bukan hanya sebatas fisiknya saja, bang. Datuk Amang, guru abah sewaktu kecil, memberikan nasihat yang kini abah turunkan ke Marni dan kelak juga bisa jadi syarat meminang Marni.
“apa nasihat berharga itu Marni? Kasih tahu segera ke abang! Tak sabar hendak mendengarnya?”
Jika pun abang mendengarnya, apakah lantas abang menuruti nasihat warisan Datuk Amang ini? Abang itu orangnya keras kepala, nasihat apa pun tetap tidak mempan ke abang! Sudah beribu nasihat yang Marni berikan jika abang mencintai Marni dan serius menikahi Marni. Tapi…
“kenapa Marni? Apa salah abang dengan sikap abang selama ini? Dosakah abang jika abang kukuh dengan jalan yang abang jalani selama ini? Ini jalan rejeki abang, Marni!
Mengertilah!
Kenapa abah Datuk Ingkang juga tak memahami jalan rejeki abang? Bukankah dengan lancarnya rejeki Marni tak perlu takut kekurangan lagi, Marni tak perlu kerja di pabrik lagi, cukup di rumah. Pekerjaan abang halal dik. Bukan dari mencuri, bukan dari mencopet atau bahkan merampas hak orang lain.
“abang tetep keras kepala, tak berubah seinchi pun!
Baik sudah. Setelah Marni menimbang, mengingat maka Marni memutuskan….
Abang pria tak baik bagi masa depan Marni!

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ini Ceritaku Hari Ini. Update

Gambar
Bikin dewe Sambil nunggu temen nggantiin, iseng-iseng buka g+ (google plus). Wah, lama juga yah gag nyambangi medsos yang sempat termarginalkan ini. Serasa bukan pemegang akun medsos yang baik. Dan emang benar sih... Sudah beberapa hari ini, akun fbku aku nonaktifkan, kebiasaan lama, jika komitmen pengen menghindari terlalu lama mantengi dunia medsos. Dan hari ini, 25 April 2015, tepat hari Senin, awal pekan di akhir bulan April, bulan penuh kisah tak tertulis. Insya Allah pagi ini... eh kalau tak siang nanti ke kampus. Liat jadwal kepastian kapan aku sempro, akhirnya. Setelah proses sebulan akhirnya, insya Allaah akan segera sempro. Deg degan? Gag juga sih, insya Allah sudah dipersiapkan lebih baik dari sebelumnya. Hari ini aku ingin menulis apa yah. Eeeeemmm... Mungkin, mungkin sih... belum pasti juga. Lebaran tahun ini menjadi yang tersibuk bagiku... Bagaimana tidak... ehh. ehh.. lebaran atau puasanya yah... Mungkin dua-duanya yah... Bulan depan, Mei nih, ada persiapan re...
klik ini untuk lengkapnya

Ponorogo Punya Cerita (19 Desember 2014)

Gambar
Ini mungkin tulisan lama yang sengaja aku copast dari fesbukku, bagi teman fesbukku mungkin tulisan ini tidak asing, ya... Sengaja aku repost di blogku, ya, sekalian untuk meramaikan tulisan, gimana lagi akhir-akhir ini aku memang jarang nulis setelah pegang hape fulltouchscreen, hape lamaku, si Samsung yang notabene qwerty lebih sering aku fungsikan sebagai radio saja.
klik ini untuk lengkapnya

Cinta Dalam Diam ; Romantisme Cinta Ala Ali Bin Abi Thalib dan Fatimah

Gambar
gugel Lagii males nulis nih, cerpen atau lainnya, banyak yang harus dikerjakan dengan kerjaan nulis sebenarnya, mulai dari yang ilmiah maupun non ilmiah, tapi, jalan itu tak selalu mulus, ada aja hambatannya, entah itu faktor intern maupun ekstern... Karena pengen blog ku ini 'hidup' maka ia perlu 'bernafas', so, semoga dengan post ini blogku masih memiliki 'nafas' shingga ia bisa dikatakan 'hidup'... Sengaja aku kopas, karena ini kisah asmara sebelum menikah paling unik, menurutku... Kalimat "bahkan setan pun tak tahu mereka saling mencintai' itu sudah menggusarkan hatiku, kok bisa? Yah, daripada terlalu banyak 'bicara', lebih baik aku sudahi, selamat menikmati...
klik ini untuk lengkapnya