Dalam Keragaman Budaya di Kampus UIN Sunan Ampel


Ajang Ormada UIN Sunan Ampel
Perbedaan bukanlah sebuah penghalang dalam sebuah kehidupan. Perbedaan adalah Rahmat bagi kehidupan, begitulah khazanah keislaman menyebutkan. Berbagai perbedaan mewarnai harmoni kehidupan kita, bak pelangi yang terdiri dari beragam warna, berkombinasi, indah ketika kita pandang di langit yang cerah, dan selamanya ia akan selalu indah. Begitulah perbedaan sedikit membuat hidup kita selalu berwarna.
Mungkin dari berangkat dasar itu, Multicultural Day 2016 diselenggarakan untuk kedua kalinya di UIN Sunan Ampel Surabaya yang diselenggarakan Pusat Layanan Internasional (International Office/IO). Mengangkat tema “Managing Diversity, Fostering Harmony”, kegiatan ini diselenggarakan pada, Senin 07 Nopember 2016 ini diikuti oleh 10 (sepuluh) Ormada, yaitu SASB (Sunan Ampel Student of Bojonegoro), IKAMABA (Ikatan Mahasiswa Bangkalan), IKAMI (Ikatan Mahasiswa Indonesia Makassar), Formaj (Forum Mahasiswa Jombang), SUTRA (Solidaritas Mahasiswa UINSA Trenggalek), PMKTR (Pelajar Mahasiswa Kekeluargaan Tanah Rencong Surabaya Aceh), FKMB (Forum Komunikasi Mahasiswa Bojonegoro). Dan 2 (dua) Ormada asal negeri jiran, Sarawak (Ikatan Mahasiswa Malaysia), dan Ikatan Mahasiswa Thailand.
Rangkaian kegiatan Multicultural Day 2016 terdapat 2 (dua) sesi, indoor yaitu seminar di Auditorium UINSA yang digelar pada pagi di hari yang sama, dan sesi outdoor yang diadakan di halaman sebelah Auditorium yang menyajikan bazar kebudayaan. Terdapat berbagai macam kompetisi antar daerah, diantaranya Duta Daerah, Performance budaya, Traditional Food, Favorite Booth, dan Rangking 1. Kegiatan outdoor berlangsung mulai pukul 12.50 hingga pukul 16.30 WIB.
Dalam kegiatan ini, stand Forsmawi yang diwakili oleh Forsmawi UIN Sunan Ampel mengangkat tema Bambu. Ornamen yang digunakan untuk menghias selain kain batik asal Ngawi juga ada bambu untuk semakin mempertegas bahwa kata Ngawi berasal dari bambu, bukan sekedar hiasan belaka.
Duta daerah Ngawi di ajang ini oleh Ivan Nurfadillah dan Nikmatul Fadillah, mahasiswa FEBI semester V.  Pasangan duta ini bertanggung jawab dalam sesi presentasi daerah yang langsung dinilai oleh dewan juri. Sedangkan untuk performance budaya, mengambil tari Rama dan Sinta, yang diperankan oleh PJ (penanggung jawab) Forsmawi kampus UIN Sunan Ampel, Jasrika Fajurul, merupakan tarian yang diselenggarakan untuk menyambut tamu penting di pemerintahan, salah satunya di Kab. Ngawi.
“kata Ngawi diambil dari nama jenis tumbuhan yang dulu banyak tumbuh disekitar Bengawan Solo yang membelah kab. Ngawi. Awi. Nama lain dari bambu, sehingga lidah orang jawa yang khas menyebutnya menjadi Ngawi” jawab duta daerah Ngawi, Ivan Nurfadillah waktu sesi presentasi di panggung utama Multicultural Day 2016 sesi outdoor.
Stand Ngawi Ramah, begitulah nama stand Forsmawi di ajang Multicultural Day 2016. Menampilkan makanan khas daerah Ngawi, yaitu tepo kecap, kripik tempe khas Mantingan Ngawi. Teh Jamus menjadi idola di ajang ini.
“teh Jamus yang kami persiapkan sudah habis. Sebagian bahan sudah ludes. Sehingga kami beberapa kali menolak pembeli yang dating begitu juga dengan tepo kecap yang kami sediakan” ujar Mia, mahasiswa FEBI ini penanggung jawab kuliner Forsmawi di ajang ini.
Perjuangan
Menurut Ivan Nurfadillah, sejak bergulir info MD 2016 akan dilaksanakan lagi, Forsmawi UINSA sudah mulai merancang wacana. Minggu, 17 September 2016 diskusi sederhana di kampus UIN cuma dihadiri 4 (empat) anggota Forsmawi dengan point-point yang dihasilkan sebagian masih belum jelas. Diskusi susulan pada Minggu, 30 September 2016. Untuk memantau apa saja poin-poin tersisa yang belum fix. Dan, itu pun yang hadir tak jauh beda dengan diskusi yang pertama. Tetapi bedanya, diskusi kali ini lebih dimantapkan lagi.
Beberapa anggota Forsmawi UIN pulang lebih awal demi ajang ini, melengkapi apa yang kurang, salah satunya kain batik Ngawi, kripik Ngawi, dan teh Jamus yang tentunya tidak ditemukan di kota Surabaya
“target kami paling tidak stand yang mendapatkan juara” tegas Ivan
Pada waktu hari H, pagi hari jelang siang, beberapa anggota di stand sedikit pesimis. Stand lain sudah tertata dengan baik, dihias semenarik mungkin tapi stand Forsmawi belum secepat stand Ormada lain. Sejak pagi, beberapa pengunjung cuma melewati stand Forsmawi saja, karena memang belum persiapan.
“kita memang kekuarangan personil, mas” jawab Galuh dan Eka kompak melihat stand Ormada lain yang sudah bagus dan ramai dikunjungi mahasiswa.
Bergulirnya waktu, pengunjung mulai ramai. Dan kerja keras mulai terlihat di stand Forsmawi. Semua bekerja dengan hati, menata sesempurna apa yang dalam kreatifitas mereka. Imbuh Galuh. Semangat bertambah saat dukungan dari anggota Forsmawi Surabaya datang.
Ketua Forsmawi Surabaya dan jajarannya, Aripta Hendra ikut mendukung Forsmawi UIN Sunan Ampel dengan hadir hingga ajang usai setelah shalat Maghrib.
AJANG WIRAUSAHA

Ajang MD 2016 seperti membuka catatan kembali yang pernah ada dalam Forsmawi UIN Sunan Ampel. Salah satunya mendapatkan Dana Hibah dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah atas jenis wirausaha yang mereka kembangkan. Yaitu Teh Jamus.
“dulu, waktu MD 2015, teh Jamus pertama kali kami gratiskan sesuai kuota, saat kuota gratis habis ternyata antusias pembeli juga banyak sehingga kami kewalahan meladeni pembeli yang berdatangan. Dari catatan tahun lalu, maka kami bisa asumsikan bahwa teh Jamus menjadi primadona baru bagi kami, dan itu terbukti pula di hari ini, stok teh yang kami bawa habis semua” jelas Ivan.
Pemerintah melalui Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah telah sejak beberapa tahun menggalakkan program kewirausahaan bagi masyarakat umum, pemuda dan mahasiswa. Program-programnya pun bervariasi, mulai dari pemberian modal kecil untuk usaha rumahan, hingga program wirausaha mahasiswa yang tersebar tak hanya di Universitas negeri tetapi juga swasta di seluruh Indonesia.
Maka dari itu, selain untuk menambah pundi-pundi kas Forsmawi UIN Sunan Ampel, keuntungan penjualan teh bisa memungkinkan untuk menambah uang saku anggota. Imbuh Ivan.
Forsmawi UIN Sunan Ampel yang memiliki tagar #akumahasiswangawi #sunanampel ini memang memiliki anggota paling sedikit diantara Ormada lain yang ada di UIN Sunan Ampel. Bahkan di seluruh Forsmawi Surabaya, dan tak dipungkiri seluruh Forsmawi yang ada. Namun, sedikitnya anggota tak membuat mereka patah semangat. Berbagai program telah berhasil mereka laksanakan. Salah satunya Jum’at Barokah yang kebetulan meramaikan ajang MD 2016. Setiap pengunjung yang hadir mereka hadiahi snack gratis. Sehingga hingga berakhirnya ajang, snack yang mereka persiapkan sudah ludes.
HASIL PERJUANGAN
Sejak awal bergulir, beberapa anggota memang pesimis dengan target paling tidak juara di standnya. Menengok stand tetangga yang lebih ramai ornamen, ramai pengunjung, dan persiapan yang lebih matang daripada stand Ngawi Ramah. Begitulah keluh seorang anggota yang enggan disebutkan namanya mengamati perkembangan stand Ngawi Ramah mandek.
Tetapi hasil akhir membayar keraguan dan kerja keras mereka sepanjang hari itu. Di ujung acara, panitia mengumumkan Juara Stand Terbaik jatuh pada Stand Ngawi Ramah, Forsmawi UIN Sunan Ampel. Tak hanya itu saja, Duta Daerah Ngawi menyabet Juara kedua lomba Duta Daerah.
Hasil tersebut membuat bendera Forsmawi Surabaya berkibar di ajang ini, dan merupakan piala pertama Forsmawi Surabaya diajang kompetisi yang pernah ada.  
“kami tak banyak, tapi kami erat. Kami ada, meski kadang dianggap tiada. Kami eksis, meski kadang dianggap sinis” tutup Jasrika Fajarul PJ Forsmawi UIN Sunan Ampel periode 2016 – 2017 (AR)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ini Ceritaku Hari Ini. Update

Ponorogo Punya Cerita (19 Desember 2014)

Cinta Dalam Diam ; Romantisme Cinta Ala Ali Bin Abi Thalib dan Fatimah