MENEGASKAN KEMBALI PERAN MAHASISWA - Refleksi Mahasiswa Abad 2010 Memaknai Hari Kebangkitan Nasional



Bismillaahirraahmaanirraahimm

assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh

Beberapa menit yg lalu, aku diliputi rasa kantuk dan capek yg mempertegas ulang bahwa nikmatnya beristirahat itu sungguh luar biasa. Tapi setelah aku baca-baca berita di media massa, otakku memulai respon dan memproduksi sebuah pernyataan, bagaikan sebuah slide, semua beriringan muncul dalam dimensi abstrak tulisan pikiranku dan akhirnya aku mau memulai berbagi cerita dikit...

Ada seorang mahasiswi dari keluarga miskin yg sudah lama ditinggal mati bapaknya. Karena dia tekun belajar dan pantang menyerah mulai SD hingga SMA akhirnya mendapatkan beasiswa, selama itu pula dia sering membantu memasarkan kue hasil buatan ibunya dg di titipin ke warung-warung yg ia lewati saat sekolah sebagai roda rejeki kehidupan keluarganya. Dia tidak malu dg apa yg dilakukan, dia bahagia sudah bisa membantu meringankan beban ibunya.

Memasuki kuliah dia hijrah dr Mojokerto ke Surabaya, dan akhirnya masuk diterima lewat jalur bidikmisi di Unair ambil jurusan manajemen. Kebiasaan waktu masih bersekolah pun tidak hilang begitu saja, di tempat kos, dia membuat onde-onde dan dia titipkan ke warung-warung di sekitar kampus selain itu dia juga menjajakannya di pasar kembang di dini hari, tanpa lelah meski sudah dijamin oleh beasiswa bidikmisi yg dia peroleh, lantas itu tak membuatnya berleha-leha, dia keluar dari zona nyamannya, dan akhirnya dibuktikan dari hasil kerja kerasnya dia mampu membeli sepeda motor murni keuntungan hasil jualan.

Kemudian dia mengikuti beasiswa wirausaha mruf, melalui beasiswa itu pola pikirnya dirubah, tidak hanya untuk mengejar kekayaan diri sendiri. Hasil, keuntungan itu kesekian, proseslah dan bagi ilmulah yg utama. Melalui beasiswa ia akhirnya sadar arti pentingnya berbagi kepada orang lain khususnya berbagi ilmu...

Berangkat dari sana, dia akhirnya termotivasi dan untuk membagikan ilmunya di sudut-sudut kampung, memberdayakan masyarakat dg keahlian yg dia miliki, semakin hari kelompok pemberdayaan masyarakat atas bimbingannya berkembang tidak hanya berada di Surabaya, bahkan melebar ke Jawa Barat; Cirebon dsb.

Lalu ada lagi, seorang mahasiswa Jogja yg berhasil membuat bisnis cleaning service untuk kost yg berhasil juga mengurangi angka pengangguran di wilayahnya. Atau ada seorang lulusan SMK di DIY (aku lupa tempatnya) yg berhasil menampilkan citra daerahnya sebagai ikon wisata, padahal sebelumnya daerahnya merupakan bukit batuan kapur bekas galian yg sudah lama tak terurus, kemudian dia mengajak teman-temannya untuk mengelola bukit batuan kapur itu sebagai wisata alam yg akhirnya mampu menghidupkan perekonomian daerahnya dan mengurangi angka pengangguran diakibatkan putus sekolah yg masih tinggi disana.

Lalu, apa yg ingin aku tulis?

Jujur, beberapa menit yg lalu aku ngelus kaki setelah baca pernyataan seorang ketua BEM menyikapi penolakannya atas undangan presiden beberapa waktu yg lalu. Katanya, dg memenuhi undangan yg diisi dialog dan makan malam berarti dia mengkhianati rakyat yg kelaparan dan terlantar. Idealismenya tergadai, kalau dulu ada sebutan pasukan nasi bungkus sekarang pasukan mungkim levelnya naik ke sepiring nasi, tidak hanya itu ayam panggangnya diikutkan sekalian. Biar lebih afdhol utk jamuan makan malam seorang presiden.
Kalo aku tanggapannya ya wajar, nggak ada yg aneh untuk undangan makan malam dan berdiskusi dg presiden, bahkan Umar r.a pun pernah menjamu tamunya makan meski ia tidak dikenal. Beliau jamu dg hormat meski pada saat yg sama keluarganya sedang kelaparan. Dg dialog santai kita bisa mengutarakan aspirasi, jangan ngomongin "om Jokowi, kami sbg mahasiswa menolak harga migas diserahkan ke mekanisme pasar dan bla bla bla bla..." tapi alangkah baiknya, "om Jokowi, kami memiliki sekolah jalanan yg kami bina, dan kami butuh rekomendasi dr sampeyan sekarang utk bisa menjamin biaya pendidikan mereka hingga wajib belajar 12 tahun...." sambil nyodorin surat.

Jdilah seperti pak Dul, tak memiliki atribut kampus bukan berarti nggak bisa berbuat utk Surabaya kota tercintanya, dia pahlawan bagi warga Surabaya meski cuma seorang tukang becak tua renta, tp apa yg dilakukan lebih besar manfaatnya drpd sekedar demo dan mengutarakan tuntutan yg dilakukan oleh ratusan mahasiswa.
Aku heran juga dg tanggapan atas aksi anarkis mahasiswa di luar Jawa yg dianggap Superhero krn ditangkap polisi... Merusak fasilitas umum yg notabene itu uangnya dr pajak rakyat.

Pernah ada sebuah kisah yg aku simak waktu kajian malam, ada seorang pemuda yg hendak ikut perang dan ingin membela agama Islam, dia bertemu Rasulullah dan mengutarakan keinginannya. Namun apa jawaban Rasulullah? "Ibumu lebih membutuhkanmu" Beliau saw menolak dan menyuruh dia mengutamakan ibunya, sudahkah ibunya dirawat dg baik, sudahkah ibunya ridha terhadap keinginannya untuk ikut perang, semua kembali ke ibu! Bahkan kalo dibolehkan, sabda Rasul, "ibu berhak disembah" saking luar biasanya sosok ibu bagi kehidupan kita. Ibaratnya kamu berhasil menciptakan kesejahteraan rakyat dg baik, tapi ibumu kau duakan, surga bukan tempat yg pantas untukmu!! Naudzubillah...

Jadi penting untuk diperhatikan, ibu, ibu, ibu, ibu dan bapakmu!!

Banyak hal yg perlu kita benahi tanpa harus demonstrasi mengerahkan massa yg besar! Ingat, hanya pengecutlah yg main keroyokan! Dan aku yakin, dari sepersekian yg ikut demo, selebihnya hanya ikut-ikutan saja. Saranku, guys! Ajukan diskusi panel saban satu bulan sekali, jika kamu di Surabaya ajak bu Risma dan DPRDnya, kalo kamu di Ngawi, ajak pak Kanang dan DPRDnya juga. Dengan agenda rutin yg dijalankan, mahasiswa sebagai mitra pemerintah yg kritis dan jauh dari intervensi pihak manapun, serta objektif dalam bersikap, peka terhadap permasalahan sosial, aku yakin, guys, kamu bukan mahasiswa biasa...

Aku berimajinasi, ada suatu kehidupan dimana 1 mahasiswa membawahi beberapa orang (sebutlah 2-3 orang) untuk dibina, diberdayakan, diajari tentang sebuah ketrampilan dimana ia akan menjadi orang yg berguna, minimal utk dirinya dan keluarganya. Jika dalam sebuah kampus ada ribuan mahasiswa, sudah berapa puluh ribuan masyarakat yg dibina? Diberdayakan? Dan jika dalam sebuah kabupaten terdapat lebih dari 3-5 kampus? Sudah berapa juta orang yg mendapatkan manfaat mahasiswa sebagai agent of social? 3 dharma pendidikan berhasil dijalankan dg baik, masyarakat sebuah kota benar-benar merasakan dampak positif yg diakibatkan oleh mahasiswa, nggak hanya dampak macet aja kalo lagi demo!! Banyak kok alternatif selain demo untuk menyampaikan aspirasi, banyak cara keren, guys! Seperti yg dilakukan oleh mahasiswa dari Unair, mahasiswa di Jogja, dan pemuda tamatan SMK di awal kalimat tadi. Nah, perubahan dimulai dari lingkungan sekitar, terdekat, dimulai dari tatanan politik terkecil dulu, keluarga kita, apakah bapak kita sbg pemimpin sudah menerapkan demokrasi? Ibu? Adik? Kakak? Kamu?

Kalo masih belum, jangan berpikir besar dulu kalo ternyata kamu masih mengabaikan hal-hal yg kecil, sementara hal besar umumnya dibangun dari hal sederhana di sekitar kita. Ada orang tua mengemis kau campakkan, ada banyak kakek nenek penjual makanan di pinggir jalanan kau malah meramaikan kafe, mall. Jika ngaji langgam jawa kau hujat kafir, jempolmu sendiri malah tidak pernah kau injakkan ke dalam masjid. Jika bapakmu berpanas-panas di sawah sementara kau tinggal minta, hey! Sebenarnya siapa yg kau bela? Harga dirimu sebagai mahasiswa atau siapa yg kau bela? Ahh... semakin ada-ada saja...
Jangan hobi menyalahkan apa lagi memaki-maki dg pujian yg memekakkan telinga ke pemerintah, ingat, guys! Apa yg kita lakukan, katakan saat ini kelak akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah! "Katanya, apa yg saya lihat seperti itu, beritanya seperti itu"
Hati-hati, kadang Informasi yg kita dapatkan tidak sama dg apa yg menjadi pertimbangan kebijakan pemerintah... kadang kita melihat jangka pendeknya yg terasa, tp bagi pemerintah ada pertimbangan lain yg dikaburkan oleh media.
Ohya, aku golput waktu pemilu kemarin, jika ada yg menyebutku aku pro ini dan kontra itu, aku jauh dr intervensi siapa pun, dan bukan dr bagian nasi bungkus ato catering, prasmanan, nggak lah, ya...
Sebagai pribadi mandiri disini aku lebih hormat dan kagum bukan sama mahasiswa yg memiliki karir demo dan aksi yg panjang. Membawa-bawa nama rakyat, keadilan, kesejahteraan, ato apalah itu. Aku akan lebih mengaplouse dan memberi rasa hormat terdalam pada mahasiswa yg berhasil menegakkan keintelektualannya dalam memberdayakan masyarakat.
Akhirnya kita harus memformat ulang status kita sebagai mahasiswa, bukan cuma duduk santai sambil nyawang dampak kebijakan pemerintah yg dirasakan. Guys, jadilah seperti pak Dul, yg berjasa luar biasa bagi Surabaya cuma dg nambal jalanan, kamu pernah?

#baktiibupalingutamadrpdyglain

#mohon ma'af jika ada salah.....

alhamdulillahi rabbiil 'aalaamiiin
wassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh

catatan ini ditulis melalui hape samsung GT i5510
00.00 wib
Jum'at, 22 Mei 2015t

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ini Ceritaku Hari Ini. Update

Ponorogo Punya Cerita (19 Desember 2014)

Cinta Dalam Diam ; Romantisme Cinta Ala Ali Bin Abi Thalib dan Fatimah